Bayangkan sebuah pagi yang cerah. Anda terbangun bukan oleh suara kicauan burung, melainkan oleh alarm yang sinkron dengan jam tangan pintar. Hal pertama yang Anda lakukan bukanlah membasuh muka, melainkan menyapu layar ponsel. Dalam hitungan detik, mata Anda memindai notifikasi: pesan dari grup kantor, kabar dari teman di belahan dunia lain, hingga berita ekonomi global yang baru saja terjadi lima menit lalu.
Tanpa sadar, sejak detik pertama membuka mata, Anda sudah terhubung ke dalam sebuah jaring raksasa yang tidak terlihat namun sangat nyata. Kita sedang bernapas dalam "oksigen digital". Namun, mari kita berandai-andai sejenak. Bagaimana jika hari ini, detik ini juga, "saklar" internet global ditarik keluar?
Tiba-tiba, WhatsApp hanya menampilkan lingkaran berputar. Google Maps hanya menampilkan layar abu-abu yang kosong. Transaksi perbankan terhenti total, bursa saham lumpuh, logistik di pelabuhan macet, dan rumah sakit kesulitan mengakses riwayat medis pasien yang tersimpan di awan (cloud). Dunia yang tadinya hiruk pikuk, tiba-tiba sunyi secara digital. Kita akan menyadari bahwa internet bukan lagi sekadar alat tambahan, melainkan sistem pendukung kehidupan (life support system) bagi peradaban modern. Untuk memahami kekuatannya, kita harus memutar balik waktu ke masa sebelum istilah "Viral" dan "FYP" ada.
Kelahiran ARPANET sebagai Internet Pertama
Gambar Ilustrasi : ARPANET
Untuk memahami kenapa internet diciptakan, kita harus kembali ke tahun 1957. Atmosfer dunia saat itu sangat tegang dan penuh kecurigaan akibat "Perang Dingin" antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada 4 Oktober 1957, Uni Soviet mengejutkan dunia dengan meluncurkan Sputnik 1, satelit buatan pertama manusia.
Bagi Amerika, ini adalah tamparan keras dan ancaman militer nyata. Jika Soviet bisa meluncurkan satelit, mereka pasti bisa meluncurkan rudal nuklir lintas benua. Menanggapi ancaman tersebut, Presiden Dwight D. Eisenhower membentuk ARPA (Advanced Research Projects Agency) di bawah Departemen Pertahanan. Tugas mereka satu: Memastikan Amerika tidak pernah lagi kecolongan teknologi oleh musuh.
Salah satu fokus utama ARPA adalah komunikasi. Pada masa itu, sistem komunikasi militer bersifat sentralisasi. Jika satu pusat komando terkena bom nuklir, seluruh jaringan komunikasi akan lumpuh total. Negara akan menjadi "buta dan tuli". Dari sinilah muncul kebutuhan mendesak akan jaringan yang desentralisasi—sebuah sistem tanpa "kepala" tunggal, sehingga jika satu bagian hancur, data bisa mencari jalan lain untuk sampai ke tujuan.
Packet Switching dan Pesan Pertama
Di tengah kegelisahan itu, insinyur Paul Baran dari RAND Corporation mengusulkan ide radikal. Ia membayangkan informasi tidak dikirim sebagai satu bongkahan besar, melainkan dipecah menjadi potongan-potongan kecil yang disebut "Packet" (Paket). Setiap paket diberi "alamat" tujuan. Jika jalur A putus, paket-paket ini secara otomatis mencari jalur B atau C.
Setelah bertahun-tahun riset, lahirlah ARPANET. Pada malam hari tanggal 29 Oktober 1969, di sebuah laboratorium di UCLA, seorang mahasiswa bernama Charley Kline bersiap mengirim pesan ke komputer di SRI Stanford. Mereka terhubung melalui saluran telepon dengan kecepatan hanya 50 kbps.
Momen dramatis pun terjadi:
Charley mengetik huruf "L". Stanford menerima.
Charley mengetik "O". Stanford menerima.
Saat mengetik "G" untuk melengkapi kata "LOGIN", sistem mendadak macet total (crash).
Pesan pertama yang tercatat dalam sejarah internet dunia hanyalah "LO". Dalam bahasa Inggris kuno, "Lo" adalah seruan untuk menarik perhatian yang artinya "Lihatlah!". Seolah mesin itu sedang memberi tahu dunia: "Lihatlah, sebuah era baru telah lahir!"
TCP/IP sebagai Inovasi Internet
Memasuki tahun 1970-an, muncul jaringan-jaringan lain seperti PRNET (radio) dan SATNET (satelit). Masalahnya, jaringan-jaringan ini ibarat planet yang berbeda dan tidak bisa saling "ngobrol". Dunia digital saat itu terkotak-kotak.
Dua sosok visioner, Vint Cerf dan Bob Kahn, muncul dengan solusi berupa TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol). Jika internet adalah layanan pos internasional:
- TCP adalah editor yang membedah dokumen menjadi lembaran bernomor (paket) dan memastikan tidak ada halaman yang hilang.
- IP adalah petugas logistik yang menempelkan alamat pengirim dan tujuan pada setiap lembar tersebut.
Puncaknya terjadi pada 1 Januari 1983, yang dikenal sebagai "Flag Day". Seluruh komputer di ARPANET wajib menggunakan TCP/IP. Inilah momen ketika "Internet" (Inter-connected Networks) benar-benar lahir sebagai satu bahasa yang seragam di seluruh dunia.
Kelahiran World Wide Web
Sobat Net, penting untuk diingat bahwa Internet dan World Wide Web (WWW) itu berbeda. Internet adalah infrastrukturnya (kabel, satelit, jalan raya), sedangkan WWW adalah kontennya (website, halaman HTML).
Pada 1989, ilmuwan Inggris di CERN bernama Tim Berners-Lee menciptakan sistem hyperlink karena frustrasi sulitnya berbagi dokumen riset. Ia menamakannya World Wide Web. Hebatnya, ia tidak mematenkan temuannya dan memberikannya secara GRATIS kepada dunia. Inilah alasan mengapa internet bisa berkembang masif dan tidak hanya dimiliki oleh kalangan elit atau kaya saja.
Era Dot-Com Bubble
Era 90-an ditandai dengan suara modem dial-up yang khas. Munculnya browser Mosaic pada 1993 yang mampu menampilkan gambar membuat internet meledak. Semua orang berlomba membuat situs ".com". Investasi menggila hingga terjadi Dot-Com Bubble yang pecah pada tahun 2000. Perusahaan yang bertahan dari badai ini, seperti Amazon dan Google, kini menjadi penguasa ekonomi dunia.
Perubahan besar berikutnya terjadi pada 2007 saat Steve Jobs memperkenalkan iPhone. Internet pindah dari meja kerja ke saku celana. Kita mulai online 24 jam sehari, memicu lahirnya era Web 2.0 yang menekankan pada interaksi sosial (Facebook, YouTube, Instagram).
IoT dan Kecerdasan Buatan
Saat ini, kita berada di era Internet of Things (IoT). Internet bukan lagi sekadar di layar ponsel, tapi tertanam di kulkas, mobil, hingga sensor medis di tubuh manusia. Ditambah dengan Kecerdasan Buatan (AI) dan konektivitas 5G, internet berevolusi menjadi semacam "otak global" yang mampu memproses data raksasa dalam sekejap.
Kesimpulan
Perjalanan internet dari sebuah proyek militer rahasia demi menghindari serangan nuklir hingga menjadi "oksigen digital" adalah pencapaian luar biasa umat manusia. Dimulai dari pesan "LO" yang terputus, kini internet menghubungkan miliaran jiwa dan triliunan perangkat. Memahami sejarah ini membantu kita menyadari bahwa internet bukan sekadar hiburan, melainkan fondasi peradaban masa depan yang harus kita jaga keamanan dan keberlangsungannya.
Credit :
Penulis : Satrya Arif
Gambar oleh Pinterest & Nano Banana by Google Gemini
Referensi :
- Abbate, Janet (1999). Inventing the Internet. MIT Press.
Cerf, V. G., & Kahn, R. E. (1974). A Protocol for Packet Network Intercommunication.
Berners-Lee, Tim (1999). Weaving the Web. HarperCollins.
Hafner, Katie (1996). Where Wizards Stay Up Late. Simon & Schuster.
Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi.
Komentar